Minggu, 18 Maret 2018

Akar-Akar Nasionalisme

AKAR-AKAR NASIONALISME DI INDONESIA



A. Berkembangnya Kesadaran Nasional 

Pergerakan Nasional adalah berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi modern menuju ke arah yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat Indonesia (1908-1945). 

Adapun faktor-faktor pendorong gerakan nasional ada dua, yaitu dari dalam dan luar negeri : 
a. Faktor dari dalam negeri 
1. Penderitaan rakyat yang terus menerus sebagai akibat penjajahan menimbulkan keinginan untuk berjuang melepaskan penjajahan. 
2. Politik etis, melahirkan golongan terpelajar yang berpikir tentang ide-ide demokrasi dan membangkitkan kesadaran akan nasib bangsanya sehingga golongan ini kemudian membentuk suatu kekuatan sosial untuk menuntut kesejahteraan dan kemerdekaan nasional. 
3. karena sebagian rakyat menganut agama Islam, maka timbul pengertian perang suci (jihad) bahwa Indonesia adalah Islam sedangkan Belanda sebagai bangsa kafir 

b. Faktor dari luar negeri 
1. Kemenangan Jepang dalam perang Rusia pada tahun 1904-1905. Kemenangan ini telah mendorong kebangkitan bangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia. Pada tahun 1904-1905 timbul perang antara Jepang dan Rusia. Dalam perang itu ternyata Jepang lebih unggul dan mampu mengalahkan Rusia yang besar. Kemenangan Jepang atas Rusia ini telah menghapuskan anggapan bahwa bangsa Barat yang berkulit putih tidak mungkin dapat dikalahkan oleh bangsa yang berkulit kuning. Sejak peristiwa kemenangan itu, bangsa-bangsa Asia dan Afrika bangkit dan penuh percaya diri untuk mencoba mengikuti langkah Jepang mengalahkan kulit putih yang berkuasa. Dengan belajar dari bangsa Jepang kaum terpelajar mencoba memperbaiki kelemahan-kelemahan bangsanya. Setelah “samurai” (ksatria-ksatria) Jepang menyadari ketidakmampuannya melawan meriam Amerika yang didemonstrasikan Commodore Perry tahun 1854, mulailah bangsa Jepang merubah taktik perlawanannya. Mereka mendatangkan ahli teknik bangsa Barat ke negerinya untuk diteladani keterampilannya. Mereka mengirimkan mahasiswa-mahasiswa Jepang ke Eropa untuk belajar.. 
2. Adanya gerakan nasional di negara-negara lain misalnya Gerakan Nasional di India, Philipina dan China 

B. Latar Belakang Lahirnya Golongan Terpelajar 
Abad ke-19 merupakan keuntungan bagi pemerintah kolonial Belanda. Politik Eksploitasi melalui Tanam Paksa menghasilkan keuntungan tak terkira. Keuntungan yang diperoleh oleh Belanda tersebut antara lain : 
 1. Dapat melunasi utang negara 
 2. membuat jalan-jalan kereta api, gedung-gedung, serta 
 3. membangun pusat perindustrian. 

Tetapi akibat yang ditimbulkan bagi rakyat Indonesia berbanding terbalik dengan keadaan Belanda, yaitu penderitaan rakyat yang tak terkira hebatnya. Itu sebabnya kritik pedas terhadap sistem tanam paksa gencar terlontar sehingga secara berangsur-angsur tanam paksa dihapuskan. Pada masa itu tuntutan di Eropa mengharuskan sistem tanam paksa diubah ke sistem yang lebih liberal (bebas), yaitu Politik Pintu Terbuka, tetapi prakteknya di Hindia Belanda tetap sama yaitu berlangsungnya eksploitasi tanah jajahan. 
Perkembangan perusahaan perkebunan menuntut perluasan tanah. Bukan saja tanah kosong tetapi tanah pesawahan rakyat pun diubah menjadi tanah perkebunan, sehingga tanah-tanah petani di Pulau Jawa semakin sempit. Politik Liberal menekankan harus adanya perlindungan pada rakyat tetapi keuntungan perusahaan banyak mengandalkan pada upah buruh yang rendah. Hal ini tentu saja menyebabkan rakyat tetap menderita. Karena semua inilah, Partai Liberal yang menguasai Parlemen Belanda menuntut adanya suatu perubahan dalam sistem pemerintahan di Hindia-Belanda, yaitu perubahan yang dapat membawa peningkatan peradaban rakyat pribumi. 
Berhasilnya tuntutan mereka mengakibatkan dijalankannya Politik Etis (Politik Hutang Budi). Mereka beranggapan bahwa bertahun-tahun pemerintah kolonial Belanda mengeruk keuntungan dari kekayaan, waktu dan tenaga pribumi. Semua itu anggaplah sebagai hutang Belanda kepada bangsa Indonesia. Perubahan ini tidak terlepas dari tulisan Conrad Theodor Van Deventer dalam majalah De Gids yang berjudul Eean Eereschuld atau Debt Of Honour (Hutang Kehormatan) tahun 1899 yang telah merintis diterapkannya Politik etis di Indonesia. Hutang kehormatan itu dapat dibayar Belanda melalui perubahan-perubahan hidup serta budaya yang dapat meningkatkan kemakmuran rakyat pribumi, yang dilakukan dengan 3 cara yaitu : 
1. Irigasi , membangun saluran-saluran air untuk meningkatkan pertanian 
2. Transmigrasi, memindahkan penduduk dari tempat padat ke tempat yang jarang penduduknya 
3. Edukasi, mendirikan sekolah-sekolah untuk memajukan rakyat Indonesia. Politik Etis kemudian didukung “Politik Asosiasi” yang menghendaki kesatuan kerja sama yang erat antara golongan Eropa dengan rakyat pribumi, kesatuan tentunya dalam kerangka kolonial, sehingga kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli mendorong pemerintah untuk mendirikan Sekolah dasar, menengah dan sekolah pamongpraja. 

C. Pelaksanaan Politik Etis 
Ratu Wihelmina kemudian menerapkan Politik Etis ini di Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tetap saja rakyat Indonesia yang mengalami kerugian, hal ini disebabkan :
1. Irigasi, digunakan untuk mengairi perkebunan tebu dan tembakau milik pengusaha Belanda. 
2. Transmigrasi, ke luar Jawa khususnya Sumatra dimaksudkan unutk mempermudah pengusaha-pengusaha luar Jawa memperoleh tenaga kerja yang murah. 
3. Edukasi, kepada rakyat dibatasi untuk mengenyam pendidikan dengan adanya aturan : 
   a. Pendidikan Barat diberikan kepada orang-orang Eropa, keturunan dan orang-orang pribumi dari kaum bangsawan dengan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. 
 b. Pemberian pendidikan untuk golongan terendah disesuaikan dengan kebutuhan untuk menghasilkan tenaga kerja murah. Tetapi bagaimanapun juga perkembangan dari hasil Politik Etis telah menumbuhkan suatu golongan cerdik-pandai di kalangan rakyat Indonesia, golongan inilah yang pertama kali sadar akan dirinya dan keadaan yang serba terbelakang dari masyarakat bangsanya. Mereka bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru dan berjuang untuk perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak hanya menuntut kesejahteraan ekonomi rakyat, tetapi juga menuntut kemerdekaan nasional. 

 D. PENDIDIKAN MASA KOLONIAL 
 Pendidikan kolonial adalah pendidikan yang diorganisir oleh pemerintah Kolonial. Penyelenggaraan pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintahan itu sendiri, berupa kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor atau perkebunan. Karena kepentingan itu pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang. Terdapat perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumi putera. Pelaksanaan pendidikan bagi bangsa Indonesia diselenggarakan pemerintah Belanda dengan ciri-ciri khusus sebagai berikut: 
a. Gradualisme (berangsur-angsur, lambat dan bertahap) dalam penyediaan pendidikan 
b. Sistem Dualisme dalam pendidikan yang mendiskriminasikan pendidikan bagi anak Belanda dan pendidikan untuk bumi putera. 
c. Pendidikan dilaksanakan dengan keterbatasan tujuan, yakni menghasilkan pegawai administrasi 
d. Perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan anak bumiputera sama sekali tidak ada. 

Masing-masing sekolah berdiri sendiri tanpa hubungan organis antara satu dan yang lain serta tanpa jalan untuk melanjutkannya. Peraturan pendidikan : 
1. pendidikan Barat diberikan kepada penduduk pribumi dengan bahasa belanda sebagai bahasa pengantar 
2. pemberian pendidikan untuk penduduk golongan rendah disesuaikan dengan kebutuhan. 
- Pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bermutu cukup tinggi untuk industri, ekonomi dan pemerintahan 
- pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli tingkat rendahan yang berupah murah.

D. Peranan golongan Terpelajar/Cendekiawan




Timbulnya golongan terpelajar merupakan salah satu faktor pendorong dalam Pergerakan Nasional. Golongan inilah yang pertama kali menyadari akan keterbelakangan bangsanya. Mereka dapat melihat kepincangan-kepincangan sistem pemerintahan Kolonial Belanda. Sebab merekalah yang mulai mempelajari sejarah budaya bangsa dan menemukan kesalahan bangsanya dalam menghadapi Belanda., yaitu :
a.       Tak adanya semangat persatuan. Perjuangan dimasa lalu bersifat lokal, masing-masing daerah.
b.       Tujuan mereka berjuang tidak jelas, untuk apa mereka berjuang tidak terarah.
c.        Terlalu terpusat pada seorang pemimpin yang kharismatis dan dianggap oleh pengikutnya mempunyai kesaktian.
d.       Perjuangan tidak terorganisir, tanpa organisasi
e.       Kebanyak menggunakan senjata tradisional seperti pedang, tombak dan panah.

Itulah beberapa sifat perjuangan kita dimasa lalu dalam menghadapi kekuatan penjajah, selalu diselesaikan dengan cara militer, tanpa arah, tanpa organsai sehingga bagi Belanda amat mudah untuk mengatasinya. Dengan adanya Politik Etis yang telah melahirkan golongan terpelajar, dan melalui kepeloporan golongan cendekiawan inilah, kesadaran bangsa Indonesia kemudian tumbuh, sehingga dimulailah era baru dalam perkembangan Sejarah Indonesia, yaitu “Era Kebangkitan Nasional” .
Peranan golongan ini antara lain:
1.     pelopor gerakan nasional Indonesia melalui organisasi kebangsaan modern
2.     Menumbuhkan semangat nasionalisme
3.     mendidik dan menyadarkan bangsa melalui organisasi pendidikan.
Di bawah kepemimpinan kaum terpelajar, sebagai elite baru di Indonesia, bangkitlah keinginan untuk berorganisasi, maka lahirlah Budi Utomo sebagai organisasi perjuangan yang modern yang disusul oleh organisasi lainnya, seperti di bawah ini :

Organisasi-organisasi Pergerakan nasional 

1.       Awal pergerakan National (1908-1912)
a.       Budi Utomo

Didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta oleh beberapa mahasiswa STOVIA di bawah pimpinan Sutomo. Pada dasarnya tujuan dari BU ini adalah untuk Memajukan pendidikan dan kebudayaan Jawa. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama yang menjadi pelopor Pergerakan Nasional Indonesia karena memiliki pemimpin, dasar, tujuan organisasi yang jelas dan keanggotaannya diatur secara modern.
Kongres I di Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908 dihadiri oleh anggota BU dari cabang Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. menghasilkan keputusan :
1.     BU tidak akan mengadakan kegiatan politik.
2.     kegiatan organisasi terutama bergerak
3.     Ruang gerak BU terbatas di daerah Jawa dan Madura. Pada
Kongres I ini, berhasil pula menyusun struktur organissi dengan Ketua R.T Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dan pusat kegiatan ditetapkan di Yogyakarta.

b.       Sarekat Islam 

Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan yang memiliki corak keagamaan, bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan (10 September 1911) oleh H. Samanhudi di Solo. Faktor yang melatarbelakangi didirikannya SDI adalah :
1.    Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berrdagang
2.    membantu menyelesaikan masalah anggotanya
3.    memajukan pendidikan dan kesejahteraan rakyat
4.    memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai ajaran agama islam
5.    membina anggotanya untuk menurut perintah agama Islam





Dalam Kongres di Surabaya atas usul H.O.S Tjokroaminoto, SDI berubah menjadi SI. Perubahan ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan saat itu, sehingga organisasi ini menjadi lebih terbuka, sebelumnya keanggotaan terdiri dari para pedagang Islam, maka kini lebih luas lagi yaitu bagi semua masyarakat dari berbagai profesi yang beragama Islam.
Periode 1917-1920 kecepatan tumbuhnya SI sangat pesat sehingga SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia yang sangat terasa pengaruhya di dalam politiik Indonesia.

c.        Indische partij
      


Indische partij Tokohnya adalah “Tiga serangkai”, E.F.E Douwers Dekker, Dr. Suwardi Suryaningrat, Dr. Tjipto Mangunkusumo di bandung pada tanggal 25 Desember 1912.

      Tujuan IP antara lain : mempertebal kecintaan terhadap Indonesia, memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah, mewujudkan kemerdekaan Indonesia
      Tujuan dan program IP disebarluaskan melalui propaganda dalam kampanye dan surat kabar, karena dengan tegas memperjuangkan Indonesia merdeka, pemerintah colonial membatasi gerak-gerik IP. Pada tahun 1913, IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Larangan tersebut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi Suryaningrat berjudul Als Ik een nederlandica was (jika Saya seorang Belanda) sebagai reaksi terhadap peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Secara tajam tulisan itu menyindir tindakan pemerintah colonial yang mewajibkan bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajahnya. Sebagai tindak lanjut larangan IP, tiga serangkai ditangkap dan diasingkan ke Belanda.

  1. Masa radikal /non Kooperatif (1918-1930)
a. Perhimpunan Indonesia



Tujuan didirikannya untuk Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dasar perjuangannya self Help (berdikari) dan Non Mendicancy (tidak meinta-minta)
Perhimpunan Indonesia berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama Indische Vereeniging. Organisasi ini didrikan pada tahun 1908 sebagai forum komunikasi diantara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri atas prakarsa Sutan Kasayangan dan Noto Subroto
Pada tahun 1925 namanya diganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Tokohnya adalah Muhamad Hatta, Ahmad Subarjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Abdul Majid, R. Sosrokartono
Dalam menyebarluaskan cita-citanya disampaikan melalui Majalah Indonesia Merdeka. Kegiatan PI dilakukan sebagai berikut :
1.     mempropaganda cita-cita dan tujuannya kepada para pemuda dan tanah air Indonesia
2.     bekerja sama dengan bangsa-bangsa terjajah di Negara-negara lain dengan cara melakukan hal sebagai berikut ;
  1. 1926 mengirim utusan yang dipimpin Drs. Moh Hatta untuk menghadiri Liga Demokrasi untuk Perdamaian di Paris.
  2. Menjadi anggota Liga Penentang Imperialisme dan penindasan Kolonial tahun 1927.

b.       Partai Nasional Indonesia

(Logo Partai Nasional Indonesia
sumber gambar :https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Nasional_Indonesia)

Tokohnya adalah Ir. Sokarno berdiri di Bandung 4 Juli 1927. tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka yang dilakukan atas usaha sendiri. Anggota PNI sekitar 10.000 orang. PNI dapat menggabungkan partai-partai yang ada pada saat itu ke dalam Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang terbentuk pada bulan Desember 1927.

(Tokoh Pendiri PNI
sumber gambar :https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Nasional_Indonesia)

Adanya gabungan partai ini mempermudah jalan para pemuda Indonesia untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Belanda khawatir akan perkembangan PNI sehingga pada tanggal 29 Desember 1929 Belanda menangkap Ir. Soekarno dan kawa-kawan.


c.        Partai Komunis Indonesia



Benih PKI adalah Indische Social democratische Vereeniging (ISDV) didirikan tahun 1914 oleh Sneivleit dan semaun. Dasarnya adalah komunis. Tahun 1920 ISDV diganti menjadi PKI. Usaha mencari massa dengan menyusup ke organisasi lain seperti sarekat islam. Tahun 1926 PKI memberontak dan para pemimpinnya dibuang ke Tanah Merah dan Digul (Irian Barat).

3.       Masa Moderat
a.       Partai Indonesia Raya
Tokoh pendirinya adalah dr. Soetomo. Berdiri di solo tanggal 26 desember 1935. tujuannya mencapai Indonesia raya dengan cara memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, menjalankan aksi politik untuk mencapai pemerintahan demokrastis, memajukan ekonomi dan social masyarakat Indonesia. Merupakan gabungan Budi Utomo dengan persatuan bangsa Indonesia.

b.       Gerakan Rakyat Indonesia
Tokohnya adalah Drs. A. K. Gani, Mr sartono, Mr Muhammad Yamin, Mr. Amir Syarifudin, R Wilopo. Berdiri di Jakarta tanggal 24 Mei 1937. Tujuannya sdalah mencapai Indonesia merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum buruh dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

c.        Gabungan Politik Indonesia
Tokohnya adalah Moh. Husni Thamrin, Amir Syarifudin. Berdiri di Jakarta tanggal 21 Mei 1933. Tujuannya adalah menuntut kepada pemerintah Belanda agar Indonesia berparlemen. Pada tanggal 15 Juli 1936 partai-partai politik melakukan aksi bersama yang menyuarakan tuntutan kepada Belanda melalui Petisi Sutarjo. Isi petisi adalah menuntut agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri. Permintaan ini ditolak oleh pemerintah Belanda.

Sumpah Pemuda
Organisasi-pemuda yang betul-betul dipimpin dan diurus oleh Pemuda adalah Tri Koro Dharmo, didirikan tanggal 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pelajar sekolah menengah yang berasal dari Jawa, Madura, Sunda, Bali dan Lombok. Pada tahun 1918 diganti namanya menjadi Jong Java.
Pesatnya perkembangan Organisasi pemuda menyebabkan munculnya ide persatuan dan peningkatan kesadaran untuk mendirikan hanya satu organisasi pemuda Indonesia. Kongres Pemuda II pada tanggal 27028 oktober 1928 diadakan di Jakarta, menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda. Dalam konres ini lagu Indonesia raya karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kali dinyanyikan di muka umum dan bendera Merah Putih dikibarkan. 




Peranan Wanita

Masa Pergerakan Nasional sudah ada tokoh wanita yang berjuang khusus untuk meningkatkan derajat wanita Indonesia agar sejajar dengan kaum pria dan turut mendukung perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Pergerakan wanita Indonesi diawali oleh Raden ajeng kartini.


Pergerakannya bersifat social, yaitu berusaha memperjuangkan derajat kaum wanita agara sejajar dengan kaum pria. Ide-ide kartini tertuang dalam surat-suratnya kepada teman-temannya yang terhimpun dalm buku “habis gelap terbitlah terang”.
Tokoh lain yang melanjutkan cita-cita Kartini adalah Dewi Sartika yang mendirikan sekolah wanita Keutamaan Istri tahun 1904 di Bandung.

Peranan Pers


Pers merupakan salah satu alat perjuangan organisai pergerakan nasional. Selama penjajahan Belanda, peranan pers tidak bisa dilepaskan dalam pergerakan nasional. Bagi organisasi pergerakan media massa cetak berperan bagi penyebaran gagasan dan asas perjuangan organisasi kepada masyarakat.

2 komentar:

  1. Ok,perbanyak terus informasi tentang sejarah Indonesia

    BalasHapus
  2. Ok,perbanyak terus informasi tentang sejarah Indonesia

    BalasHapus